Rabu, 29 Oktober 2008

Sumpah -yang- Muda

Sumpah Pemuda..
hanya untuk mereka yang merasa muda?

Jumat, 24 Oktober 2008

Sang Workaholic

Sudah mulai sibuk-sibuk gak jelas lagi
Sudah mulai neleponin orang-orang lagi
Sudah mulai bikin penawaran-penawaran lagi
Sudah mulai negoisasi tarik ulur lagi
Sudah mulai ngedit-ngedit desain lagi
Sudah mulai jadi raja maen Pro Evo Soccer lagi
Sudah mulai tak menentu jam pulang lagi
Sudah mulai coba-coba menembus 100km/jam lagi!

(Semakin kesepian......)




Sabtu, 18 Oktober 2008

Mencuri Pencuri (2)

What if, you steal someone's heart and don't let her steal yours?

Is that a sin?


Jumat, 17 Oktober 2008

Mencuri Pencuri

There's only one sin, and that is theft
Every other sin is variaton of theft

When you kill a man, you steal a life
You steal his wife's right to her husband
His childrens right to their father

Then, when you tell a lie
You steal someone's right from the Truth

-Baba Jan & Amir Agha-


Rabu, 15 Oktober 2008

Jemari Kritik


Telunjuk menunjuk ke depan
ibu jari menunjuk tanah
sisa tiga jari menunjuk pada diri sendiri


- gara-gara "ISFI"-

Minggu, 12 Oktober 2008

- -

Itu bukan urusan kamu.. (!)

-gak akan ada yang ngerti-

Jumat, 10 Oktober 2008

22

Harapan itu ada,
masih ada
dan akan selalu ada

Laskar Pelangi dan Aksesibilitas (sebuah ide garing)

Sekitar dua hari yang lalu, gara-gara insomnia saya kambuh lagi, secara tidak sengaja saya menonton acara Barometer di SCTV sekitar jam 12 malam. Acara semacam talkshow itu sedang mengulas kesuksesan film Laskar Pelangi (Filangi). Dari pihak Laskar Pelangi -tentunya- ada Andrea Hirata penulis buku Laskar Pelangi (Bulangi) dan Riri Riza salah satu sutradara Filangi, yang bikin seru selain mereka berdua juga ada pembicara lain yang sifatnya sebagai komentator, bukan satu-dua tapi gak tanggung-tanggung sampai ada delapan orang! Saking banyaknya yang saya inget cuma beberapa, ada Kak Seto, Prof. Komarudin Hidayat, Slamet Rahardjo, Giring Nidji, Basuki (Ex Bupati Belitung -temen sekolahnya Andrea), sisanya gak inget namanya tapi ada kritikus film, dosen Ilmu Komunikasi UI, wartawan film, wakil dari pembaca dan seorang kritikus sastra (yang keliatannya sok jago nulis sastra, mencap buku Laskar Pelangi tidak layak disebut sebagai karya sastra dan karenanya disindir habis-habisan oleh Andrea selama talkshow).

Anyhow, ada part di mana dosen Komunikasi UI bercerita tentang rasa bersalahnya pada seorang kolega di sebuah kota besar di Kalimantan (tidak disebutkan kota apa). Ceritanya sang dosen merekomendasikan koleganya via sms untuk segera menonton Filangi, kira-kira seperti ini sms-annya mereka,
dosen : "Best Indonesian Movie of the Century lah! Kau harus nonton!"
kolega : "Bukannya tak mau bang, tapi disini tak ada bioskop."
Jdangggg!!! Owh, miris sekali! Tapi mirisnya bukan karena di kota itu gak ada bisokop, tapi lebih karena masalah aksesibilitas.
Disini letak masalahnya..
Laskar Pelangi, setidaknya buat saya, bolehlah dikatakan sebagai karya hebat yang bisa jadi semacam pembangkit keberanian untuk bermimpi dan penggerak kemauan untuk bertindak menggapai mimpi kita masing-masing. Top markotop!!
Tapi sayangnya justru tidak menyentuh mereka yang -menurut saya- paling membutuhkannya. Siapa yang lebih membutuhkannya bos ipin? Yang paling urgent ya anak-anak serta remaja usia sekolah dengan tingkat ekonomi lemah dan anak serta remaja di daerah terpencil, yang karena usia mudanya masih punya banyak kesempatan untuk mengubah nasib mengejar mimpi. Dan mereka inilah yang justru tidak punya akses terhadap Bulangi dan Filangi! Tidak punya akses menurut saya setidaknya mungkin karena dua hal, pertama tidak ada sarana distribusi film atau cetak (tidak ada bioskop dan toko buku) dan kedua karena tidak ada "waktu" (sedang waktu adalah uang, gak punya duit maksudnya). Jadi intinya adalah, gimana caranya biar Bulangi dan Filangi bisa diakses oleh semua orang Indonesia, bukan cuma oleh mereka yang berada di perkotaan -yang punya bioskop dan toko buku-, dan mereka yang punya cukup uang buat beli tiket bisokop atau membeli buku. Bagaimana caranya agar Bulangi dan Filangi bisa diakses oleh mereka yang ada di taraf ekonomi lemah, yang harapannya sudah hampir pupus, dan oleh mereka yang terpencil karena lokasi. Andrea Hirata malah sudah mengungkap jelas harapannya pada Depdiknas di penghujung talkshow. "Ya mudah-mudahan saja film Laskar Pelangi bisa selalu diputar setiap memperingati Hari Pendidikan di Indonesia". Semacam film G30S/PKI yang biasa diputar tiap 30 September (btw, bulan kemarin diputar tidak ya?) . Sayangnya ya respons Depdiknas malah bisa dibilang tidak ada, atau belum ada, entah kapan..

Well, anyway here's my silly idea..
Film Laskar Pelangi on Layar Tancap Keliling
Idenya adalah membuat pertunjukan layar tancap Laskar Pelangi keliling di kota-kota kecil di seluruh Indonesia. Bukannya hanya satu, mungkin perlu ada beberapa tim di masing-masing Provinsi. Bisa saja misal diputar per kelurahan atau per kecamatan atau bekerjasama dengan organisasi pemuda lokal.
Stepnya? Langkah awalnya tentu harus bisa dapat izin tayang dari Produser, jangan main bajak lah. Dari sisi materi tentu mereka sudah balik modal kan? Lagipula bisa dijadikan pembuktian bahwa tujuan pembuatan Filangi tidak melulu berupa profit.
Next step nya tentu menggalang sokongan dana, kalau soal ini saya lebih prefer agar bisa dicari sokongan dari NGO asing ketimbang merongrong departemen terkait di Jakarta. Beberapa pemerintah daerah malah tampak akan lebih kooperatif untuk memberi sokongan dalam hal ini.
Next step nya ya eksekusi, buat tim di tiap daerah, mempersiapkan sarana, mempersiapkan rencana tayang dst.
Tapi kenapa layar tancap? Intinya adalah untuk memberikan experience yang sama dengan menonton bioskop. Memberikan kesan yang lebih mendalam dengan media yang lebih dikenal oleh masyarakat kelas bawah atau terpencil. Menonton secara massal juga dapat mempermudah untuk mengarahkan emosi yang diharapkan dapat dirasakan oleh audiens. Tidak ada keraguan untuk tertawa atau menangis, saat penonton di sebelah anda juga merasakan hal yang sama, benar gak? Dan yang terpenting, pesannya bisa lebih nyampe, itu!
Kenapa tidak menunggu diputar nasional saja di TV Nasional? Bisa saja, tapi apa anda pernah menonton film layar lebar yang diputar ulang di televisi? Terasa tidak, ada sesuatu yang berbeda (selain potongan iklan) ? Klo menurut saya salah satunya ya efek menonton secara massal tadi, lebih sulit kita merasakan emosinya jika menonton di layar TV. Tapi jangan sampai deh, Laskar Pelangi jadi Sinetron di TV.. Amit-amit!!! Ah, anda tahu kan kualitas tayang sinetron Indonesia?
Ide ini menurut saya sendiri memang masih mentah, tapi ya barangkali ada rekan yang sependapat dengan saya, atau mau mengkritisi, atau lebih keren lagi malah punya kekuatan lebih untuk mewujudkan ide saya ini. Ya monggo! Ide ini bebas diadaptasi, tanpa hak paten, pokonya gimana caranya agar pesan dari Laskar Pelangi bisa diakses oleh lebih banyak orang di Indonesia. -Asal nama saya jangan lupa disebut-sebut sebagai pencetus ide ya, biar bisa jadi seleb gitu..hahaha-

Karena Waktu adalah Uang


Dodol : Jalan-jalan yuks pin!
Ipin : Gak ada waktu euy.

Kuya : Makan-makan yuks pin!
Ipin : Duh gimana ya, gak ada waktu euy, sori ya.

Cumi : Ke toko buku yuks pin!
Ipin : Ihh, kan udah dibilangin gak ada waktu!

Karena waktu adalah uang..


-maksudnya lagi gak punya duit, gituuuu-

Rabu, 08 Oktober 2008

1429

Biasa saja
ada maaf bertebaran di mana mana
tapi tetap tidak ada yang istimewa
pesta opor ketupat hambar terasa

Selamat Idul Fitri 1429 H

-biar telat asal selamat-


Intrik dan Interogasi

Salah satu bagian yang menyenangkan dari berlebaran tentu kumpul bareng keluarga besar, entah dari bapak atau ibu. Bersua sepupu dekat dan sepupu jauh yang lama gak bertemu, ngemong ponakan kecil yang makin lucu aja, rasanya berbeda kalau dalam nuansa lebaran. Tapi baca dari blognya nona doti ini, jadi inget bagian yang..gimana ya...ya nyebelin, tapi khas banget dari sebuah pertemuan keluarga besar. Sebagian memang saya alami sendiri, sebagian lagi mah dari cerita temen-temen.

Pertama, terlalu banyak 'intrik' gak penting. Bagian ini emang rada-rada nyebelin.
Intrik gak penting... mulai dari membangga-banggakan keberhasilan masing-masing yang belum tentu bener. Contoh keberhasilan mulai dari mobil baru, tanah baru, rumah baru, baru semua..baru ngambil kreditan maksudnya..hehe. Atau prestasi anaknya padahal anaknya sendiri pun ngerasa itu prestasi gak penting. Misalnya, "Eh anak saya udah bisa naliin sepatu sendiri loh!". Pokonya gimana cara keliatan lebih bagus dari saudara yang lain, at any cost..
Trus ada acara ngobrol-ngobrol yang ujungnya malah ngomongin saudara yang ngga dateng ato saudara jauh yang baru datang berkunjung. "Eh tau gak, si X teh nya, di bandung na mah....dst". Wah udah tuh mulai tanda-tanda bakal panjang obrolannya.
Lebih parah sampai ada kegiatan menyusun rencana bagi-membagi warisan padahal yang mo ngasih warisannya masih sehat walafiat. Amit-amit sejuta topan dodol!
Yah buat anak-anak ingusan "di bawah umur" macam saya kadang cuman kebagian jadi pendengar setia. Paling pada ngabur nungguin tukang baso lewat depan rumah, ato patungan beli Es krim Vienetta. Slurrp!
Biarkan yang tadi jadi urusan "orang berumur", contoh gak penting dari "orang berumur" yang gak dewasa-dewasa. yuuuu mariiiii...

Kedua, interogasi berulang.
Nah klo ini mah yang paling sering saya alami. Tapi kayanya pasti pada pernah ngalamin lah ya. Biasalah, dicecar dengan pertanyaan, persis mirip sidang S1 di FA ITB dulu.
Yang nyebelin ialah pertanyaannya standar, dan buat kita yang jawab merasa BT karena harus berulang-ulang ngejawab pertanyaan yang sama untuk saudara yang berbeda. Dodolnya, gak bisa dijawab pake kaset rekaman yang bisa direwind macam iklan TV "...di rumah, tidur, sendiri"
Nah, kalau dirunut per fase hidup saya, kira-kira skema pertanyannya kaya gini kali ya..
Jaman masih SD : Sekolahnya kelas berapa?> di SD mana?> kemaren rangking berapa?> iiih meni pinter nya..gimana cara belajarnya> trus ntar udah gede pengen jadi apa? -ini mah masih ok-..
Jaman SMP-SMA : Gak jauh beda ama di SD, tapi ada tambahan..punya pacar blm aa?> pacarnya anak mana?> blum lagi klo ada statement.... eh alit2 ge geuning tos SMP nya (secara penampakan saya emang imut2) -ok, ini mulai mengganggu-
Jaman Kuliah: Masih sekolah atau sudah kuliah?> pasti bakal disela lagi dengan statment eh alit2 ge geuning tos kuliah nya (sabar pin, sabar)> pertanyaan berlanjut..kuliah dimana?> wah hebat masuk ITB> ngambil jurusan apa?> tingkat berapa?> dan akhirnya pertanyaan yang paling saya benci pas lagi ngerjain TA.. kapan lulus nya aa? - Ok, ini sudah mengganggu..pliss deh, ga gampang tau ngerjain TA tuh!-
Jaman sekarang: Masih kuliah atau udah kerja? ooo udah lulus, kerja dimana?> klo lagi sial mulai nanya-nanya pendapatan etc tapi biasanya langsung ke Question of the year.. iraha bade nikah a? tos aya calon? (red sunda ; kapan mau nikah? sudah ada calon?)...cape deh!
Oya, klo lebaran sekarang mah spesial pertanyaan diseputar kecelakaan motor saya, secara si mamah dengan gak bosan2nya cerita, tapi tetep saya yang harus ikut nimbrung dan meluruskan sedikit-sedikit biar gak terlalu lebay ceritanya.

Biar lah memang semua ada plus minusnya, pokonya mah bersyukur masih banyak saudara.
Secara -hubungan- darah memang lebih kental daripada air.. vampire kaleee