Senin, 02 Februari 2009

Di Puncak Kemenangan

Kemarin, saya mendadak diselimuti euforia kemenangan.
Bukan menang dalam suatu pertandingan, atau turnamen apalagi menang lotere.

Menang-nya saya sebuah kemenangan sederhana. 
Menang atas diri sendiri.
Menang  dari ego, menang dari rasa gengsi,
- yang membuat saya sedikit depresi selama beberapa minggu-

Sulit sekali rasanya 'pertarungan itu'.
Sulit, sungguh sulit..sampai saya harus belajar menangis lagi.
Belajar mengurai kerumitan diri dengan meneteskan air mata.
Air mata ternyata meluluhkan semuanya. Menyederhanakan realita.
Menyemangati saya untuk memberikan 'perlawanan terakhir' dengan sesuatu yang indah.
Saya menulis puisi terakhir untuknya..
Berbaris doa restu dalam iringan kata indah, 
mungkin memang itu satu-satunya senjata yang pernah saya punya..

Lalu ketika saatnya tiba..
saya mengalahkan 'dirinya' dengan jurus sederhana, 
ketulusan cinta, keikhlasan hati dan kelapangan dada.
Senyum lebar yang muncul di puncak 'pertempuran',
teriring sebuah salam hangat membungkus restu untuknya,
menutup kemenangan kemarin, 
menjadi sebuah Hari Terbaik dalam hidup saya.

Rasanya seperti di puncak dunia!! =)


-serasa lulus ujian apoteker..even more!-

1 komentar:

Jefri mengatakan...

:-)

cintailah Sang Pemberi Cinta
karena Ia takkan pernah mendua
sayangilah Sang Penyayang
karena Ia menyayangi dengan tulus tanpa pernah mengharap balas

ps:yg bingung ngapain krn nggak bs tidur setelah seharian keliling jakarte :-)